Senin, 18 Desember 2017

PUNCAK MERBABU YANG TERTUNDA



Dering ponsel memecah suasana siang itu ketika hendak tidur siang. Bergegas aku melihat ponsel ternyata ada sebuah pesan singkat dari teman lamaku. Temanku ini sedang menganggur karena kontrak kerjanya sudah habis beberapa bulan yang lalu. Sedangkan aku baru memasuki semester 3, sebelum kuliah kita kerja bareng di kota cikarang kurang lebih 1,5 tahun. Kemudian aku membaca pesan singkat tersebut.
“bro koe arep melu munggah merbabu ora, kie kancaku ngajaki munggah”
Sebelum membalas pesan tersebut aku berpikir sejenak, soalnya saya dan temanku pemula jadi saya agak ragu, kemudian saya balas smsnya “pie bro, emange karo sapa bae” tak lama temanku membalas “karo kancaku cewe, gelem kan?” tanpa pikir panjang aku mengiyakan ajakan tersebut, gimana lagi kalau ada cewenya ya semangat.
            Beberapa hari kemudian teman cewe dari temanku itu mengirim pesan singkat.
            “selamat siang, maaf ini mas mugi, maaf temanku sakit jadi kami tidak jadi ikut”
            Tak lama temanku itu pun mengirim pesan singkat.
            “sorry bro,kancaku ra bisa. Terus pie sida ra?”
Kemudian tak lama aku membalas pesan singkat tersebut.
            “pie ya bro ak wis terlanjur ngajaki batirku nang kene jhe, ya kudu lanjut. Koe tetep melu kan?” akhirnya temanku pun tetap ikut karena awalnya memang dia yang mengajak ke gunung merbabu. Namun tanpa kehadiran temannya seperti rencana sebelumnya.
            Tiga hari sebelum keberangkatan ke gunung merbabu saya dan teman kuliahku mem-booking peralatan untuk mendaki gunung agar tidak kehabisan. Kami mem-booking peralatan seperti matras, tenda, sleeping bag, sepatu dan sebagainya.
            Hari itupun tiba, tak disangka-sangka teman kuliahku juga mengajak teman kosnya. Perasaan saya mulai tidak enak, kenapa? Kebanyakan kita semua masih pemula dan sebagai tim ini terlalu banyak. Parahnya lagi anggota yang di ajak temanku ini sama sekali tidak pernah konfirmasi akan ikut dan mereka ini tidak membawa peralatan penting untuk mendaki seperti tenda atau sleeping bag. Mereka ini cuma membawa matras kecil, tas kecil atau tas gendong biasa dan jacket yang menempel di badan. Kurang lebih saat itu ada 12 anak, tapi gimana lagi rencana ini harus tetap lanjut. Sebelum berangkat saya dan temanku mengambil peralatan dan yang lainnya yang udah aku pesan sebelumnya dan mempersiapkan perbekalan logistik. Jam 3.30 sore atau setelah ‘ashar kita berangkat dari yogyakarta menuju base camp gunung merbabu di desa wekas, kabupaten magelang.
            Perjalanan lancar dari kota Yogyakarta menuju kota Magelang. Awan mendung mulai menyelimuti ketika kami menuju desa wekas. Jalanan terus menanjak namun tidak terlalu curam. Suhu udara mulai membuat kami terpaksa mengurangi kecepatan berkendara karena suhu mulai dingin. Kita disuguhi pemandangan yang indah dengan perbukitan hijau dengan tanaman sayur mayurnya. Kabut tipis mulai menyelimuti dan awan gelap pun mengikuti kita. Tepat setelah kita memasuki jalan beton tanpa aspal yang lebarnya 80 cm kami diguyur hujan. Lebar jalan sebenarnya 5 meteran. Namun pelat beton dibuat dengan 2 jalur yang lebarnya 80 cm namun tengah tidak di beton jadi bagian tengah dan samping luar tetap tanah yang ditumbuhi rumput. Apalagi jalanan semakin menanjak curam. Alhasil kami numpang di rumah warga untuk menunggu hujan reda, karena jalanan cukup licin.
            Setelah cukup reda kami harus terpaksa melanjutkan karena hari juga sudah mulai gelap. Beberapa motor melaju dulu, karena jalanan sangat menanjak curam jadi kami melaju satu-satu untuk tancap gas dari bawah. Namun tetap saja untuk motor dengan kapasitas mesin dibawah 110 cc dan motor matic tidak kuat untuk boncengan. Hanya 3 motor yang berhasil melaju duluan ke base camp. Termasuk motorku yang tidak kuat menanjak, jadi temanku yang saya bonceng saya suruh turun dan motor yang tidak kuat lainnya. Ketika jalan agak landai aku coba bonceng temanku lagi namun tidak kuat, terpaksa temanku saya tinggal dulu ke base camp dan aku suruh motor yang kuat unutk menjemput anak-anak yang ditinggal di bawah karena motor yang membonceng tidak kuat.
            Jam enam lurang kami semua telah sampai di base camp dan memakirkan motor dan mendaftarkan di pos. Untuk melepas lelah karena kejadian di tanjakan tadi, aku dan beberapa yang lain menikmati pemandangan matahari terrbenam yang tertutup kabut tipis. Adzan maghrib berkumandang, kami putuskan untuk menanjak setelah isya. Jadi kami semua bisa menunaikan shalat terlebih dahulu sebelum mendaki dan mengisi perut di warung sekitar tempat parkir.
            Suhu semakin dingin dengan sesekali angin berhembus membuat mengerutkan dahi. Pendaki-pendaki dari daerah lain pun mulai mempersiapkan perbekalan pendakian. Semakin malam base camp gunung merbabu di desa wekas semakin ramai. Ada beberapa rombongan yang malah menggunakan mobil pick up. Kebetulan memang saat itu hari sabtu atau malaem minggu. Mungkin ada yang akan mengadakan acara perkemahan di camping ground di pos 2. Kami pun bergegas mengecek kembali perbekalan sebelum mendaki terutama senter karena kami mendaki di malam hari dan juga madu sachet untuk menjaga asupan kalori selama pendakian.
            Setelah semuanya siap kami semua berdoa sebelum memulai pendakian. Yossssh ........akhirnya perjalanan pendakian dimulai. Namun belum ada 100 meter dari base camp kami disambut tanjakan curam dengan kemiringan 60 derajat. Mulai deh terdengar bunyi suara tarikan dan hembusan nafas. Malah ada satu teman kami setelah berjalan kurang dari 100 meter meminta istirahat. Ya gimana lagi karena hampir semua anggota tim ini pemula anggap saja ini pemanasan sebelum memasuki trek yang lebih parah. Dari base camp ke pos 1 tiap kurnang lebih 100 meter  tim kami berhenti. Parahnya ketika kami sudah berjalan jauh selam 1 jam jalan sudah mulai menanjak curam, hanya 10-20 langkah beberapa anggota kami sudah minta berhenti. Jarak dari base camp ke pos 1 yang normalnya bisa ditempuh 1,5 jam ,kami tempuh lebih dari 2 jam. Di pos 1 kami beristirahat cukup lama kurang lebih 30 menitan. Parahnya lagi dari beberapa yang paling sering minta istirahat malah merokok dengan santainya. Mungkin ini adalah jawaban perasaan tidak enak sebelum berangkat tadi. Dengan kejadian sama sekali aku tidak dapat membayangkan puncak. Aku cuma berharap kita selamat dan dapat kembali pulang nanti.
            Setelah puas beristirahat kami melanjutkan perjalanan. Di malam itu pendaki cukup ramai, jalan pendakian sangat berdebu. Ternyata hujan yang menyambut kami tidak turun di gunung merbabu. Alhasil kami yang tersengal-sengal karena tanjakan yang curam ditambah debu-debu yang berterbangan.
            Tak lama setelah berjalan dari pos 1 ke pos 2 teman kerjaku berbisik kepadaku bahwa katanya dia ada panggilan kerja di Tangerang dan senin pagi harus sudah sampai disana. Aku berpikir sejenak, di satu sisi aku harus membawa tim ini ke puncak bersama-sama dan tentu aku juga sangat menginginkan puncak. Aku sangat ingin tahu bagaimana rasanya diatasa puncak gunung merbabu, di sisi lain temanku ada panggilan kerja dan harus sampai di Tangerang senin pagi.sebelum membuat keputusan aku berpikir agar keputusan yang akan ku ambil dapat menjadi keputusan yang win-win solution.
            Aku membuat sebuah simulasi dalam otak sebelum keputusan. Aku berpikir sambil berjalan “dengan bis perjalan dari yogyakarta ke tangerang paling telat setidaknya 16 jam di tambah 3 jam perjalanan dari wekas ke Yogyakarta, artinya butuh 19 jam dari turun gunung sampai di hari senin.berarti itu  jam 11 siang. Untuk temanku prepare sebelum berangkat 2jam cukup. Berarti jam 9 harus sudah turun. smentara ini sduah pukul 11 dan pos 2 sebentar lagi, aku berpikir untuk ke puncak terlebih dahulu bersama temanku dengan asumsi perjalan ke puncak di asumsikan 4 jam. Jadi sampai puncak jam 3. Kemudian di puncak 15 menitan dan turun gunung 5 jam cukup. Jadi bisa turun sampai base camp sebelum jam 9”. Ok fix,,akhirnya apa yang aku pikirkan aku sampaikan pada temanku, temanku mengiyakan.lalu aku menceritakan pada anggota lain yang cukup berpengalaman naik gunung bahwa kau akan naik dulu bersama temanku dan aku meminta dia untuk meminta anggota tersisa.
            Perlahan demi perlahan aku dan temanku menjauh dari anggota lain. Namun setelah jauh berjalan aku melihat temanku mulai nampak kelelahan dan nafasnya berat. Kemudian temanku itu berbisik “bro kayane nek mlakune kaya kie terus aku ra kuat. Kayane aku ra usah muncak ra papa lah” kemudian aku berkata “koe yakin bro ra muncak, ya nek aku si ra papa seh aku waktu lah” kemudian temanku menjawab dengan nafasa agak tersengal-sengal “ya wis lah gk papa”.karena temanku sudah tidak mungkin untuk ke puncak terpaksa saya berhenti di pos 2 di area camping ground untuk mendirikan tenda saja, sambil menunggu anggota lainnya. Akhirnya aku dan temanku berencana turun dulu setelah jam 5, dan anggota lainnya tetap melnjutkan.
            Tak lama setelah tenda didirikan, anggota kami mulai datang. Kurang lebih setengah jam setelah aku dan temanku sampai di pos 2. Akhirnya aku menceritakan kepada anggota lainnya bahwa aku dan teman kerjaku akan turun terlebih dahulu besok. Di pos 2 kami disambut badai yang cukup kencang, benar-benar menusuk tulang. Namun suasana di pos 2 ini sudah layaknya pasar kaget, ada suara musik, tawa, candaan. Area Camping ground di pos 2 hampir penuh, mungkin itu adalah rombongan tadi yang memakai pick up ditambah pendaki lain tentunya. Suasanan yang ramai, membuat kami pun larut dengan suasana tanpa perlu mengkhawatirkan cerita-cerita mistis yang pernah aku dengar dari temanku yang pernah mendaki sebelumnya. Beberapa dari kami menyalakan api unggun dan yang lainya mengeluarkan logistik masing-masing untuk mengisi perut yang keroncongan. Setelah aku dan teman kerjaku cukup makan, aku menyuruhnya untuk tidur saja soalnya besok akan turun.
            Namun mata tidak mampu terpejam, apalagi dengan tenda yang penuh sesak karena satu tenda untuk 12 orang. Terpaksa beberapa di luar yang memang tidak bawa tenda. Ada kaki yang di buat bantal, ada yang tidur dalam sleeping bag, ditambah kami sama sekali tidak mampu merubah posisi tidur. Hari semakin pagi namun tak ada anggota lain selain aku dan teman kerjaku bangun untuk menuju puncak. Kemudian aku ngomong kepada teman kuliahku yang tidur di sampingku “sebenere koe sida muncak ora” karena memang tidak tidur, temanku itu segera menjawab “halah mboh, wong digugah yo ra do tangi” jawabnya dengan logat pemalang. Ya sudahlah, karena aku juga tidak mungkin ke puncak karena nanti pagi aku harus menemani temanku untuk turun gunung. Aku melanjutkan tidurku dan mencoba merelakan puncak merbabu.
            Aku terbangun oleh suara pendaki-pendaki yang akan melanjutkan ke puncak. Aku lihat angggota timku tak ada satupun sepertinya yang akan melanjutkan perjalanan. Jangan-jangan ikutan tidak ke puncak karena saya tidak melanjutkan perjalanan. Entahlah saya tidak peduli, sekarang yang paling penting aku harus menemani temanku untuk turun gunung. Tidak mungkin juga aku membiarkan temanku turun sendiri, teman macam apa yang membiarkan temannya turun sendiri. Lagi pula aku sudah menyerahkan anggota lain pada anggota lain yang memang berpengalaman. Jadi aku sudah tidak khawatir lagi. Bergegas aku bangunkan yang lain karena tendanya akan aku segera lipat, karena harus segera turun. Tak lupa juga membersihkan sampah-sampah plastik. Iya dong anak gunung masa nyampah. Aku juga teringat dengan sebuah kalimat yang cukup bagus.

            “jangan membunuh apapun kecuali waktu, jangan meninggalkan apapun keculai jejak langkah, jangan mengambil apapun kecuali gambar”

            Setelah semua beres tak lupa sebelum berpisah kami foto-foto dulu. Tak lupa aku menyerahkan motorku ke anggota lain karena aku pulang boncng pakai motor temanku itu. Yapzz.....akhirnya anggota yang lain katanya akan melanjutkan perjalanan. Namun aku agak ragu mereka akan sampai puncak. Akhirnya kami berpisah, aku dan temanku turun gunung. Cuaca cukup cerah dengan jalan yang masih berdebu seperti semalam. Tak lama aku dan temanku menurun dari pos 2 ke base camp hanya kurang dari 2 jam. Kami langsung mengambil motor dan menyerah karcis parkir dan cuzzz lanjut pulang ke yogyakarta. Efek tidak bisa tidur di camp, beberapa kali tertidur di motor apalagi angin sepoi-sepoi seperti merayuku untuk tidur.
            Jam 10 lebih kami sampai di tempat kos temanku, berhubung kunci kosku ada di motor jadi aku terpaksa istirahat di kamar kost temanku. Akhirnya temanku pun bergegas pulang, untuk mengejar waktu agar sampai di kota Tangerang katanya dia akan memakai transportasi kereta api. Semoga saja sampi tepat waktu kawan. Aku pun melanjutkan tidurku yang tidak terlaksana sewaktu di pos 2 dan di motor tadi,,hehehe. Aku terbangun oleh suara motor dan suara orang di depan kost temanku. Ternyata mereka sudah pulang sekitar jam 15.00 mereka sampai di kos. Ternyata apa yang saya firasatkan benar, mereka tidak sampai puncak. Katanya mereka si ada satu anggota yang sudah drop banget dan tidak mungkin melanjutkan perjalanan.
            Ya ...sudahlah intinya kita semua selamat dan bisa pulang kembali untuk beraktifitas seperti biasa kembali. Dan aku berharap suatu saat aku dapat melanjutkan perjalanan yang tertunda menuju puncak gunung merbabu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar